Nov 16, 2016

life game 4

LIFE GAME 4
.
.
.
.

Entah mengapa seluruh otot
tubuh nichkhun menegang
dengan refleks saat mendengar
sebuah suara yang berasal dari
belakang tubuhnya itu. Dia
menelan salivanya cepat dan
perlahan membalikan badannya bersiap untuk menghadapi setiap kemungkinan buruk yang mungkin terjadi.
"kau sudah bangun ?" junho bertanya dengan suara serak khas bangun tidur seraya mengucek mata. Menandakan jika dia baru saja terjaga.
"aah ... Iya ... " nichkhun menjawab pertanyaan junho dengan nada yang sebisa mungkin di buat datar sementara tangan kirinya menjatuhkan salah satu jam tangan tadi ke atas sofa, di antara pakaian jumho. Setidaknya untuk saat ini nichkhun masih bisa bernafas normal karena ternyata kemungkinan terburuk dalam fikirannya tadi tidak terjadi.
Junho mendudukan dirinya di atas kasur dengan mata yang masih memejam sesekali "jam berapa ini ?" tanyanya lagi masih menunduk dengan ekspresi kantuknya.
"jam 9 ... " nichkhun memutar pandangannya ke arah jam dinding dengan tidak fokus "Oh ... Iya ... Aku lupa ... Aku sudah terlambat bekerja ... Kau tidak keberatan 'kan jika aku pergi duluan ?"
junho mengangkat wajahnya lalu tersenyum kecil "tentu saja ... Pergilah ..." timpal junho menyetujui
"sampai bertemu lagi " nichkhun mengambil dompetnya dari atas meja lalu berjalan ke arah pintu keluar meninggalkan junho.



.
"tidak mungkin ..." nichkhun terus menggumamkan kalimat yang sama sejak dirinya keluar dari hotel. Dia terus saja menggelengkan kepalanya menyangkali kenyataan yang ada, sungguh ini benar2 pelik baginya. Semua yang terjadi seolah menyita seluruh kapasitas pikirannya hingga dia hanya memandang lurus jalanan dengan kaki yang menginjak pedal gas semakin dalam seiring berjalannya waktu tanpa memperhatikannya. Lagi2 dia hanya bisa terus menarik nafas dalam mencoba untuk tenang "tidak mungkin junho ... ARRGGHt " nichkhun menggeram. Tangan kanannya memukul stir dengan keras sementara kedua kakinya menghentak membuat laju mobilnya tak terkendali "ahhk !" nichkhun membanting stir ke kanan dengan kaki yang menginjak pedal rem dengan tiba2 saat tanpa di duga dalam sebuah tikungan dia hendak menabrak mobil yang terparkir di pinggir jalan "ada apa ini ?? Apa yang terjadi ??!!" kesalnya meluapkan emosi dengan berteriak di dalam mobil sendirian.
.
.
.
.
Crekk
.
Taec mengokang senjata yang baru saja selesai dia rakit sendiri "bersiaplah ... Sepertinya mereka sudah merencanakan dengan matang penyergapannya " taec tersenyum sinis seolah meremehkan pada apa yang dirinya sebut dengan kata 'mereka' sedangkan dirinya masih tetap fokus pada senjata laras panjang di tangannya.
.
DORR
.
Sebuah tembakan yang tepat mengarah ke sasaran menjadi akhir dari permainan junho. Dia tersenyum puas saat melihat hasil permainannya lantas berbalik memandang taec "kita undang mereka ... Adakan perjamuan yang istimewa untuk itu " junho mengulum senyum penuh arti yang hanya dapat tuhan, author, junho dan taec saja yang dapat mengartikannya.
"tentu saja ... Kita undang secepatnya " taec membidik sasaran yang ada di belakang tubuh junho , sasaran yang tadi menjadi sarana junho bermain dan dengan satu tarikan pada pelatuk senjata laras panjang di tangannya di sukses mendapatkan nilai sempurna.
.
.
.
.
"apa ? Sunbae menemukan satu orang lain ?! Siapa ? Dimana sunbae menemukannya ?" jinwoon bertanya penuh antusias. Rasa penasarannya sudah sampai ke ubun2 hingga dia menarik satu kursi lipat dari belakang tubuhnya dan meletakannya di sebrang meja tepat di hadapan nichkhun bahkan tanpa melihat terlebih dulu membuat rekan kerjanya yang sudah hampir menduduki kursi tadi terjungkal.
"yack !! Jinwoo !" pekik orang itu murka.
"maafkan aku ..." timpal jinwoon datar tanpa rasa bersalah. Duduk manis di kursi 'rebutannya'.
"dia ... " nichkhun terdiam, masih ragu untuk mengungkap kebenaran. Dia terus saja memutar bola matanya seolah mencari sesuatu tanpa memperdulikan orang lain "lee ......" gumam nichkhun masih dengan tangan yang saling meremas satu sama lain di atas meja.
 "sunbae cepat jelaskan ! Sunbae mengenalnya ? Dimana sunbae menemukannya ? Bagaimana sunbae bisa menemukannya ?" tuntut jinwoon memberondong nichkhun dengan berbagai pertanyaan.
"ikut aku !" nichkhun berdiri dari kursinya lalu menarik kerah belakang kemeja jinwoon menyeretnya menuju tangga darurat.
"yack ! Sunbae !" protes jinwoon kesal menggeliatkan badannya melepaskan diri. Dia merapikan kemejanya dengan tangan seraya berdecak kesal. Bagaimanapun juga dia bukanlah seekor kucing yang pantas di tarik seperti barusan bukan ?.
"dengarkan aku ... Aku hanya mengatakan ini padamu saja ... Jadi jangan katakan apapun pada orang lain "nichkhun memegang kedua bahu jinwoon dan menatap matanya serius. Malah membuat jinwoon menjadi gugup akibat tindakannya.
"nne ... Aa...apa yang sebenarnya terjadi sunbae ?" timpal jinwoon gugup.
"dalam rekaman cctv ... Kita tidak bisa melihat wajah dari mereka ... Tapi kau sudah melihat satu orang 'kan ?" jinwoon mengangguk mengiyakan pertanyaan nichkhun "salah satu di antara mereka berhasil aku tembak ... Dan dua orang lainnya ..." nichkhun kembali terlihat ragu dengan menunduk "diantara dua orang lainnya ... Ada satu orang yang mungkin aku kenal ..." lanjutnya dengan suara lemah.
"apa ??! Sunbae mengenalnya ? Siapa ?"
"dia ... Anak dari komisaris ..."
"APA ??" teriak jinwoon refleks membuat nichkhun segera membekap mulutnya dengan telapak tangan.
"pelankan suara mu !" titah nichkhun kesal memandang jinwoon dengan tajam.
Jinwoon mengangguk masih dalam bekapan nichkhun. Dia segera menyingkirkan tangan nichkhun dari wajahnya "tunggu ! ... Darimana sunbae mengetahui itu ? Kenapa sunbae bisa mengenalnya ?" penasaran jinwoon semakin memicingkan mata menuntut penjelasan.
nichkhun menghela nafas berat seraya melangkahkan kakinya mundur menjauhi jinwoon "aku menemukan jam tangan yang sama di jaketnya ..." ujar nichkhun menyilangkan tangan di depan dada dengan tegang.
"jaketnya ??? Bagaimana sunbae bisa menggeledah jaketnya ?? Jangan- jangan kalian.... " jinwoon menatap nichkhun tajam seolah menuduh dengan penuh kecurigaan.
"jangan bodoh !!! Beberapa waktu yang lalu komisaris memerintahkan aku secara pribadi untuk mengawasi dan mendekati putranya ... Maka dari itu aku dekat dengan junho " jelas nichkhun panjang lebar tidak menghendaki kesalah pahaman jinwoon semakin berlarut-larut.
"oohh junho ... Jika dia anak komisaris maka marganya ... Lee ??! ... Berarti namanya lee junho ... Hey ! Dia ada di no. 2 daftar panggilan cepat sunbae setelah suzy iya 'kan ?!" goda jinwoon menyikut lengan nichkhun pelan berulang kali menggoda.
"JINWOON ! " bentaknya tiba2 "Apa kau lupa masalah yang terjadi saat ini ?? Ada kemungkinan bahwa anak dari komisaris adalah salah satu dari 4 orang itu ... Lalu apa yang harus kita lakukan ?! Aku tidak bisa mengatakan ini kepada komisaris begitu saja ! Bagaimana jika terjadi kesalahan ?! Ini benar2 rumit " nichkhun membentak jinwoon kasar lalu meluapkan kekesalannya begitu saja kepada jinwoon yang sekarang sudah merengut di sudut tembok.
"ya tuhan !" jinwoon memukul kepalanya sendiri kaget "sunbae ... Tim sudah menemukan tempat persembunyian mereka dan sesuai perintah mu kita akan melakukan penyergapan besok ! Bagaimana ini ???? Jika kita membatalkannya pasti akan terjadi kecurigaan " panik jinwoon setelah mengingat isi laporan yang beberapa waktu dia buat.
"sejak kapan kalian menemukannya ?? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku ??!" geram nichkhun memukul kepala jinwoon dengan tangan kirinya.
"aku sudah membuat laporannya dan ada di meja mu ! Kau sendiri yang menghilang semalaman " kilah jinwoon membela diri dengan menangkis setiap pukulan nichkhun padanya.
"benarkah ?! Sudahlah jika begitu ..." nichkhun menghentikan aksi pukulnya pada jinwoon dan merubah posisi tubuhnya menjadi bercekak pinggang. Wajah nichkhun kembali mengeras berfikir "kau harus membantuku ... Kita tidak akan membatalkan penyergapannya tapi ... Pastikan mereka semua tertangkap hidup2 ..." titah nichkhun lagi padanya.
 "baik ... Aku mengerti ... " jawab jinwoon cepat.
"satu lagi ... Kau harus memastikan jika aku ... Hanya aku yang akan berhadapan dengan junho "
"emmm" angguk jinwoon mantap.
.
.
.
.
.
"hoaamh ..." chan menarik kedua tangannya ke atas meregangkan otot seraya menguap lebar dalam posisi duduk di kursi dengan kaki di atas meja "membosankan sekali belakangan ini " keluhnya menyandarkan diri dengan nyaman di atas kursi sementara junho hanya tertawa mengejek ke arahnya "kita bermain lagi bagaimana ?!" ajaknya penuh semangak pada junho.
Tanpa mereka sadari wajah tampan pria berkaca mata minus yang tengah berhadapan dengan layar monitor itu mengukir senyum dingin "untuk pemanasan bagaimana jika kita jamu terlebih dulu para tamu yang sudah susah payah hadir " ujarnya tersenyum hangat seraya memutar kursi yang dia duduki mengarah pada ke dua temannya.
"mereka sudah datang ?" tanya junho.
taec mengangguk " ada 9 orang ... " jelasnya
"yeah ... 9 orang ... Go ... Go ... Go ... Kita mulai perjamuannya !" seru chan penuh semangat. Seolah rasa kantuknya beberapa saat tadi telah tersapu ombak, menghilang begitu saja. Dia mengambil senjata laras panjang yang dia letakan di balik besi2 yang menjadi palang tirai jendela dan mengokang senjata tadi.
Sementara junho juga mulai mengisi peluru senjatanya "aktifkan sistemnya ... " titah junho pada taec tanpa memandangnya sama sekali.
"sudah aku aktifkan ... "
"baguslah "
.
.
Nichkhun memandang jinwoon yang juga memandangnya seolah memberikan tatapan penuh isyarat. Jinwoon mengangguk kecil mengerti akan apa yang nichkhun maksud "tim A kalian kesebelah sana ..." nichkhun menunjuk sisi kanan dalam pabrik tua yang menjadi tempat persembunyian junho "tim B kalian masuk ... Dan aku akan ke kiri " perintah nichkhun sebagai pinpinan pada seluruh anggotanya.
"tapi sunbae ... Kenapa kau sendirian ?" sergah salah satu dari anggota tim B
"bukankah semua tim juga akan berpencar setelah masuk ... Cepat bergerak !" titah nichkhun tegas membuat semua anggota tim nya bergerak sesuai perhintah tanpa ada yang kembali membantah.
.
"mereka sudah masuk ... Ledakan bom EMP di gudang D ..." junho memperhatikan 4 orang berseragam polisi lengkap dengan rompi anti peluru mulai memasuki area pabrik. Dia hanya tersenyum memperhatikan 4 orang polisi tadi di lantai dua, dengan posisi berjongkok di antara puing2 besi tua yang tersusun rapi di sana.
"lantai satu ... Ledakan bom EMP di control house " junho juga dapat mendengar suara chansung yang keluar dari intercom yang tertempel di telinganya sama2 memberikan aba2.
sementara itu di lain ruangan taec menekan salah satu tombol pada keyboard nya "di ledakan !" ujarnya bersamaan dengan suara dentuman ringan di ruangan2 tadi.
.
.
"kau ke kanan ... Kita semua berpencar " jinwoon sebagai ketua sub unit juga memberi perintah pada 3 anggota polisi lainnya yang dengan sigap berpencar ke segala arah.
BLEMMB !
"suara apa itu ?" salah satu anggota unit jinwoon bertanya pada rekannya yang hanya menggelengkan kepala. Mereka kembali meneruskan perjalanannya tanpa menyadari bahwa suara dentuman tadi adalah ledakan bom EMP yang mematikan fungsi seluruh peralatan komunikasi mereka.
.
.
Nichkhun sesekali bersembunyi di balik tembok saat dia menyusuri setiap lorong remang yang lembab dalam pabrik tua itu. Dengan senjata yang sudah pada posisi siaga di tangannya.
DORR
DORR
"Siapa yang mengambil tembakan ??" nichkhun bertanya seraya berlari mendekati arah sumber suara namun langkah kakinya melambat ketika menyadari tidak ada yang menjawabnya melalu interkom "tim A jawab aku !" ulangnya menunggu jawaban "jinwoon !" nichkhun membuka interkomnya mencoba untuk memeriksa alat tersebut "ini berfungsi " herannya kembali memasangkan interkom di telinganya "jangan-jangan !" dia segera berlari cepat menuju bagian pabrik semakin dalam menyusul rekan2nya pada tim B.
.
.
Jinwoo berjalan ke dalam sebuah ruangan yang cukup gelap, sesekali dia membalikan tubuhnya dengan tiba2 mengantisipasi gerakan musuh yang mungkin saja akan menyerangnya dari belakang. Dia terus berjalan ke tengah ruangan dan tanpa sadar menginjak suatu benda berbentuk seperti kawat yang langsung menjerat sebelah kakinya dan menariknya ke atas dengan posisi terbalik "AAAHHH !!!" Teriaknya memekik kesakitan pasalnya saat ini posisi jinwoon tengah tergantung dengan satu kaki yang terjerat dalam posisi terbalik. Jerat yang terlihat seperti kawat itu juga sangat tajam membuat pergelangan kaki jinwoon tersayat dan pembuluh darah pada bagian belakang pergelangan kakinya terputus.
.
.
"jokwon !" nichkhun semakin mempercepat langkahnya ke arah salah satu rekan timnya.
"sunbae ..." orang yang tadi nichkhun panggil dengan nama jokwon terdiam sesaat menanti nichkhun mendekati dirinya.
DORR
DORR
DORR
DORR
mata keduanya sontak membulat saat mendengar suara tembakan senapan mesin yang terdengar tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Tanpa aba2 jokwon dan nichkhun berlari mencari sumber suara "JB !!!" teriak keduanya hampir berbarengan saat melihat sang magnae dalam tim mereka tengah menjadi sasaran tembak membabi buta dari seseorang yang ada di ambang pintu sebuah ruangan. "JB !! " Nichkhun dan jokwon berlari menghampiri tubuh Jb yang sudah terkapar penuh luka tembakan bertepatan dengan pintu yang terbuat dari besi itu tertutup kembali dengan cepat menyembunyikan sang penembak "JB !!! Irona !!" teriak jokwon mengguncangkan tubuh juniornya yang berlumuran darah penuh luka itu dengan kuat seolah ingin menyakinkan dirinya jika tubuh itu masih bernafas.
Nichkhun memegang kedua tangan jokwon mencoba untuk menenangkannya "jb .... " lirih nichkhun seraya beralih mengusap wajah jb yang sudah tak bernyawa dengan mata yang belalak itu dengan tujuan agar matanya dapat tertutup.
.
Sreeet
.
Pintu tadi kembali terbuka tiba2 dan tanpa pikir panjang jokwon langsung bangkit dan berlari masuk ke dalam sana tak memperdulikan nichkhun yang berteriak meneriakan namanya untuk menghentikan.
"jokwon ! JANGAN !" teriaknya mencoba mengejar jokwon namun pintu tadi kembali tertutup secara otomatis membuat nichkhun tidak dapat masuk ke dalam sana "jokwon ! Jokwon ! " nichkhun memukul2 pintu besi berkarat itu, mencoba untuk mencari dimana gagang pintunya berharap dia akan dapat membukanya kembali walau nihil. Nichkhun yang tanpa sengaja melihat ke samping kanannya melihat salah satu dinding besi terbuka, menampakan sebuah jendela besar di dalamnya. Dengan cepat dia melangkahkan kakinya ke samping menghampiri jendala tadi.
"jokwon !" paniknya saat melihat ke dalam ruangan yang mungkin hanya seluas lift itu. Ruangan kecil yang juga terlihat agak gelap.
"sunbae !"
.
BRUGGHH
.
Cratt
.
Kaki nichkhun berjalan mundur dua langkah dengan kaku saat dia melihat dengan mata kepalanya sendiri sebuah balok baja besar yang memiliki luas hampir setengah ruangan tadi, jatuh bebas menimpa tubuh jokwon. Menutupi tubuhnya hingga tidak terlihat. Darah segar terciprat menempel penuh pada kaca jendela tadi saat baja bermassa puluhan ton itu menimpa kepalanya membuat nichkhun mengerti pasti akan seperti apa ke adaan tubuh jokwon di dalam sana.
"aaandwae ... " nichkhun mengeratkan pegangan tangannya pada pistol yang ada di tangan kanannya yang terjuntai lemas di sisi tubuhnya. Mencekam. Yah suasana pabrik tua yang gelap, lembab dan penuh dengan perangkap itu amat mencekam dirasakannya. Orang2 itu mungkin sudah menyiapkan semua ini untuk kedatangan mereka. Nichkhun berjalan gontai melangkahi mayat Jb dengan mata yang memandang lurus dengan kosong. Menyerah ? Pasrah ?, dia benar2 ingin menertawakan dirinya sendiri yang berencana untuk menangkap orang2 itu dalam keadaan hidup. Bagaimana bisa dia melakukan hal itu sementara dia sendiripun belum tentu dapat keluar dari tempat itu dengan selamat.
.
.
"ada satu orang tersisa ... Sengaja aku sisakan untuk mu di lantai satu " chansung tersenyum penuh dengan rasa puas saat melihat kondisi nichkhun yang tengah berjalan di salah satu koridor dengan gontai dari layar monitor yang ada di hadapannya "dia adalah orang yang menembak Jr ..." lanjutnya lagi.
Sementara di lantai dua junho baru saja menendang satu lagi tubuh yang usai meregang nyawa di tangannya "ada berapa lagi yang tersisa ?" tanya junho seraya berjalan menuju anak tangga.
"dua orang ... Aku rasa satu orang lainnya sudah taec urus ..." timpal chansung berbentuk suara dalam intercome "aku ambil keduanya !" timpal junho lagi.
"baiklah " setuju chan.
.
.
Nichkhun berhenti melangkah, dia memutar tubuhnya menelisik kesegala arah dengan pandangan. Seberkas ingatan terlintas di otaknya memunculkan suatu ide. Dia mengeluarkan jam tangan hitam milik Jr dari saku celananya "aku harus mencobanya " gumam nichkhun pada dirinya sendiri. Melihat kejadian2 sebelumnya dapat di pastikan jika orang2 yang hendak nichkhun tangkap itu sudah menyiapkan perangkap untuk membantai dia dan timnya, dan satu hal muncul untuk di buktikan. Jika memang salah satu dari mereka adalah junho. Jikapun itu merupakan kenyataan maka nichkhun harus tahu apa sebab dan tujuan junho melakukan ini semua. Nichkun menekan salah satu tombol pada bagian samping jam itu mencoba untuk memancing junho lalu meletakan jam tadi di lantai sementara dirinya mencari tempat persembunyian yang aman.
.
.
Tiiit ...
Junho menyerngitkan dahi sejenak saat melihat huruf 'JR' muncul di jam tangannya. Dia lantas tersenyum "rupanya ... Juga ingin bermain denganku " junho segera berlari menuju ruangan yang di tunjukan jam nya.
.
.
Junho menghentikan langkah kakinya di depan sebuah pintu. Dia mulai memasangkan topeng di wajahnya lalu membuka pintu pelan. Dia melangkah masuk kedalam ruangan itu dengan mengendap, mencoba untuk tidak menimbulkan suara.
.
Brugh !
.
Sebuah tendangan kuat dari arah belakang tubuhnya sukses membuat tubuh junho tersungkur ke lantai, namun dengan sigap dia segera berbalik seraya menendang seseorang yang ada di belakang tubuhnya dari samping membuat orang itu juga jatuh tengkurap di samping junho. Junho segera bangkit dan hendak membalikan tubuh itu untuk menghajarnya namun tanpa di guga saat dia membalikan orang tadi, dia memelemparkan pasir2 yang berserakan di lantai kotor bangunan tua itu membuat junho mundur dengan limbung akibat matanya yang perih dengan masuknya pasir2 tadi ke dalam kelopak matanya. Orang yang tadi masih terlentai di lantai bangkit dengan cepat mencoba menyerang junho . Orang itu mencoba untuk membuka topeng yang junho pakai namun baru saja tangan orang itu menyentuh topengnya, junho segera menangkis tangan itu. Junho memelintir tangan kanan orang tadi ke belakang dan menguncinya di punggung membuat orang itu membelakanginya. Junho masih mengantisipasi gerakan lawannya dan dugaannya benar karena orang itu belum menyerah, orang itu mencondongkan tubuhnya kedepan dan dengan cepat bergerak memutar membuat kuncian junho pada tangannya terlepas. Saat orang itu berbalik ke arahnya junho sudah menyiapkan tinju di tangan kanannya yang mengarah ke sisi kiri wajah orang itu, namun saat hanya tinggal beberapa cm lagi hantaman itu akan terjadi junho menghentikan tangannya. Berbeda dengan orang itu yang tetap dengan sigap merampas topeng yang junho pakai hingga terlepas.
"jjunhoo ...." topeng yang berhasil nichkhun genggam itu terlepas begitu saja dari tangannya jatuh membentur lantai
"kk ... Kau ..." junho memandang tajam wajah nichkhun terlebih setelah dia melihat pakaian yang nichkhun pakai. Sebuah celana bahan hitam dengan kemeja biru langit lengan panjang yang tertutup rompi anti peluru berwarna hitam dengan tulisan 'police' di bagian dada kirinya.

No comments:

Post a Comment