Nov 13, 2016

life game 3

 Life Game 3
.
.
.
.
Back to khunho again.
HOREEE .... *prok prokk prokk*
.
.
.
.
.
Ttut ... Ttuut ... Ttut ...

"hahhh" junho mendesah kesal,ini sudah ke 8 kalinya dia menghubungi nichkhun hari ini namun tidak ada jawaban. Sejak 3 hari yang lalu, sejak nichkhun meninggalkannya di kamar hotel sendirian nichkhun tidak pernah menghubunginya. Jangankan menghubungi, untuk mengangkat telpon atau membalas pesan singkat darinyapun nichkhun tidak pernah.



.
Brakk
.
dengan helaan nafas yang masih kesal junho melemparkan ponsel 'mewah'nya itu ke meja nakas yang terbuat dari kayu. Beberapa detik berikutnya tangan kanan junho mengepal kuat sedangkan matanya mulai berair ketika menyadari jika bantingannya terhadap ponsel tadi tanpa sengaja mengenai bingkai foto. Sebuah foto dirinya bersama Jr yang di ambil pada acara pesta keluarga beberapa waktu lalu.
Tangan junho terulur mengangkat bingkai tadi dan menatapnya lekat "apa kau ... Menyesal ... " tanyanya mengukir senyum pilu "Seandainya kau tidak pernah menyukaiku ... Hidup mu pasti ..." air mata itu menetes seiring dengan terhentinya kalimat junho karena isakan. Dia menyeka air matanya yang tepat menetes pada bingkai itu dengan ibu jarinya. "mianhae ..." lirihnya penuh kesungguhan masih menggenggam erat bingkai di tangannya.
.
"junho ..." junho tersentak mendengar sebuah panggilan lembut padanya bersamaan dengan sebuah tangan yang memegang pudaknya secara tiba2 membuat junho segera berbalik.
"ibu... " kaget junho saat mendapati wanita yang melahirkannya itu tengah berdiri di hadapannya.
"tuan park sudah menutup kasus penembakan jiyeong ... Ibu juga sudah membereskan semuanya ..." jelas nyonya lee seraya mengambil alih foto jiyeong dari tangan anaknya.
"kenapa ? Ayah Jr menutup kasusnya "
"kau fikir kenapa ?" nyonya lee menarik pandangannya dari bingkai foto itu lantas menatap junho "bagi tuan park menemukan siapa dan mengapa anaknya di tembak bukan lah suatu masalah ... "
"ibu ... " junho mengerutkan keningnya berfikir, nada panggilan itupun terdengar menerka. Tentu saja bukan masalah bagi orang yang begitu berpengaruh seperti keluarga park untuk mencari suatu informasi, mereka pasti menemukannya dengan amat mudah tapi... Apakah mereka tahu kebenaran yang terjadi ? Apa mereka tahu semua yang sebenarnya Jr lakukan bersama junho ? Mengapa dan siapa yang menembak Jr ?!! Tentu saja. Tentu mereka mengetahui semua itu , karena satu2nya alasan mengapa keluarga park menutup kasus terbunuhnya anak mereka hanyalah dengan satu alasan besar. Mereka menemukan letak seluruh kesalahan ada pada anak mereka sendiri.
"ibu tahu semuanya ... Ibu sudah membereskan semua itu ... Keluarga tuan park tidak akan memperpanjang masalah ini ... Mereka juga tidak menyalahkan mu ... Mengingat kalian sudah hampir bertunangan "
"ibu tahu apa yang aku lakukan ?!" tanya junho memperjelas.
"tentu saja ibu tahu semuanya !!! " suara nyonya lee terdengar meninggi, emosinya mendadak naik mengingat kelakuan anak semata wayangnya ini, tapi setelah dia menarik nafas dalam dia kembali memaksakan dirinya untuk tenang "... Tapi kau tidak perlu khawatir ... Ibu menyembunyikan semua ini dari ayah mu ... Jadi kau tidak perlu khawatir ... Kasus ini ... Tentang perampokan dan penyerangan polisi yang kalian lakukan ... Ibu sudah mengurusnya kau hanya perlu berhenti dan pergilah ke luar negri " lanjut nyonya lee meletakan bingkai foto di atas meja
"aku tidak mau " bantah junho dengan nada datarnya sama sekali tidak terpengaruh dengan semua penjelasan nyonya lee.
"KENAPA ?? Kau harus pergi ... Kau dan juga teman2 mu itu ..." nyonya lee berbalik dari meja kembali memandang junho tidak habis fikir
"ibu tidak bisa menyentuh teman2 ku ... Orang tua mereka juga bukan orang sembarangan "
"ibu tahu ... Maka dari itu meminta kalian berhenti " timpal nyonya lee kembali.
.
"nyonya lee ... Mobil anda sudah siap !"
.
Suara teriakan seorang namja seusia ibunya itu menarik minat junho untuk melirik pintu kamarnya. Selalu dia, namja yang jadi 'asisten pribadi
itu yang mengusik interaksi antara mereka berdua.
"ibu harus pergi " nyonya lee berjalan melewati junho menuju pintu namun dia kembali berbalik menatap punggung junho yang membelakanginya "hentikan semua itu ... Bukankah ibu sudah memberimu banyak sekali uang ??" junho tersenyum meremehkan walau dia tetap tidak sudi untuk berbalik.
.
Debh
.
Suara pintu yang kembali tertutup dengan lembut meyakinkan junho jika ibunya sudah benar2 pergi. Dia lantas berjongkok di lantai kamarnya dengan memeluk lutut "lagi2 hanya uang yang mereka semua tahu ..." junho mendongak memandang bingkai foto Jr tadi dan tersenyum kecil "banyak sekali orang yang menderita karena tidak memiliki uang .... Tapi ... Aku benar muak dengan benda yang terlalu banyak ku miliki itu " ujarnya seolah bicara pada orang yang tercetak dalam kertas berbingkai tadi.
.
.
.
.
.
Nichkhun meremas kuat sebuah jam tangan hitam yang ada di tangannya dengan penuh amarah 'ini di pasangkan di tangan suzy ... Aku mengambilnya sebagai barang bukti sebelum kau datang ... Sepertinya mereka sengaja memberi kita jejak '
nichkhun memijat kedua pelipisnya dengan satu tangan. Sesekali dia juga menjambak rambutnya sendiri dengan frustasi. Rasa bersalah begitu tertoreh dalam di dadanya, dia seorang kakak yang tidak bisa melindungi satu2nya adik yang dia miliki . mengapa dia tidak mengindahkan perintah atasannya untuk tinggal di kompleks perumahan kepolisian agar keamanan suzy lebih terjaga ?? Semua kalimat penyesalan dan juga penyalahan diri sendiri begitu memenuhi fikirannya sekarang.
"sunbae ..." nichkhun mendongak dari duduknya yang bersandar di sisi ruangan
"wae jinwoon-ah ?" timpalnya dengan nada teramat pelan dan lemah.
"sunbae tidak makan juga tidak minum ... Sunbae bisa mati dehidrasi jika terus seperti ini ..." jinwoon menghampiri nichkhun dengan khawatir walau di hanya berdiri di sisinya.
"aku tidak perduli ... Tidak ada lagi yang perlu aku lindungi di dunia ini ..."
jinwoon mendengus kesal seraya berjongkok di samping nichkhun yang masih saja duduk bersandar pada tembok "kau lupa jika kau itu polisi ?! Kau memiliki tanggung jawab untuk melindungi semua masyarakat ..."
"berhentilah bicara hal2 bodoh padaku ! " ketus nichkhun tak mau memandang juniornya itu.
"ini sudah 4 hari dan kau hanya duduk diam tak berguna sementara kami terus berusaha menyusun strategi dan rencana untuk membekuk mereka ... Seharusnya kau yang paling antusias dalam kasus ini " nichkhun menoleh. Kali ini umpatan jinwoon padanya sukses menarik nichkhun kembali ke alam. Dia benar2 tertarik dengan topik umpatan jinwoon kali ini.
"siapa yang menangani ini semua sementara aku tidak ada ? Sejauh mana perkembangannya ?" nichkhun menarik kedua kakinya yang tadi berselonjor. Dia menggerakan badannya menghadap ke arah jinwoon penuh antusias.
"aku ... Tidak akan menjawab apapun ... Sebelum kau ..." jinwoon menggantungkan kalimatnya menahan rasa penasaran nichkhun untuk tetap pada puncaknya. "itu ..." jinwoon menunjuk nampan berisi makanan yang terdapat di atas meja dengan sudut matanya. Dalam kalimat sederhana dia hanya ingin nichkhun bangkit dan memakan makanan yang 5 menit lalu dia simpan di sana untuk mengisi lagi tenaganya yang sudah terkuras habis sebelum dia kembali memimpin kelompok mereka.
"kau benar2 ... " umpat nichkhun setelah berdecih. Dia lantas beranjak untuk melakukan 'perintah' jinwoon padanya.

.
.
.
.
Beberapa waktu berikutnya
.
Junho duduk di sisi sebuah gundukan tanah, kepala dan bahunya bersandar pada sebuah batu kokoh yang tertanam salah satu ujung gundukan itu.
"kenapa rasanya seburuk ini ... Aku tidak pernah tahu ... Kehilangan seseorang itu ..." junho menoleh kearah batu nisan yang sebelumnya dia jadikan sandaran "sangat buruk ... Mungkin itu karena aku hanya memiliki mu saja ..."
"hyung~ " junho segera membalikan tubuhnya dari batu nisan tadi dengan terburu-buru. Suara panggilan yang terdengar merengek itu benar2 jelas tertangkap indra pendengarannya.
"kau kesepian hyung ?!" sosok itu. Orang yang benar2 junho rindukan tengah duduk meluruskan ke dua kakinya di atas tanah tepat di samping junho.

Tidak ada kata yang sanggup terucap dari mulutnya saat ini. Junho seolah tahu bayang yang begitu nyata ini akan menghilang, membuatnya berfikir hanya untuk terus menikmati ini semua tanpa perlu mengambil sikap apapun. Dia tahu ini hanya bagian dari fantasi2 gilanya selama ini, namun untuk fantasi otaknya yang satu ini, dia benar2 bersyukur karena dia dapat kembali tersenyum dan merasakan kehangatan yang seolah mengisi penuh seluruh rongga tubuhnya lagi. Hanya dengan menatap bayangan itu lekat2 dalam senyum pilunya.
"sudah senja hyung ..." bayangan itu menoleh padanya, tersenyum amat lembut. Dan kali ini tangan kanan junho terangkat dengan sendirinya seolah tak berkordinasi dengan otak, mencoba untuk menggapai bayangan itu dengan amat perlahan.
"Jiyeongie ..." tepat saat junho merasa yakin dapat menyentuhnya, bayangan itupun pudar di dalam genggamannya. Menghilang dari penglihatan junho.
Dia tertawa kecil seolah tengah meremehkan dirinya sendiri seraya kembali memandang lurus ke depan.
"seharusnya aku tidak menyentuh mu ... Agar kau tidak menghilang ..." sesal junho pada dirinya sendiri dengan mata yang menikmati pemandangan senja di atas bukit. Awan2 yang terlihat ke abuan seolah bertebaran di cakrawala yang membentang oranye di sepanjang pandangan matanya.
.
.
.
.
.
.
In car
.
Junho sesekali mengetuk kemudi dengan jari telunjuknya mengusir bosan kala mengemudi, sementara pandangannya terus memandang lurus jalanan yang membentang jauh ke depan.
Kegiatannya yang datar itu terhenti sejenak untuk memasangkan earphone di telinga kanannya karena sebuah panggilan yang masuk "yeoboseyo "
"........"
"kau dimana ?"
"........" junho memutar kemudinya berbalik arah menuju ke tempat dimana orang itu berada "tunggu... aku akan kesana sekarang " lanjutnya memutus sambungan telpon seraya menginjak pedal gas semakin dalam.
.
.
"563 ... 56 ... 565 " junho berjalan menyusuri koridor hotel yang entah mengapa begitu sepi. matanya melirik setiap pintu yang dia lewati untuk memastikan jika kamar yang menjadi tujuannya tidak terlewatkan.
"567 ..." gumam junho saat menghentikan langkahnya di depan salah satu pintu.

Tokk tokk

clekk

pintu itu terbuka bahkan tanpa menunggu ketukan ketiga. Seorang namja berdiri di ambang pintu tersenyum lelah ke arah junho yang masih tetap berdiri di hadapannya "kau datang ... Aku pikir kau bahkan tidak akan mau menerima telpon ku lagi " ujar namja itu seraya melepaska pegangan tangannya pada kenop pintu, membuat pintu itu terbuka semakin lebar dengan sendirinya.
"aku akan mendengarkan penjelasan mu " timpal junho seraya masuk ke dalam kamar melewati nichkhun yang masih setia berdiri di tempat semula.
Nichkhun menghela nafas ringan, menarik kembali daun pintu untuk menutupnya kembali.
"aku minta maaf ... Beberapa waktu ini aku mengalami masalah ..." nichkhun melipat kedua tangannya di dada seraya berjalan mendekati junho yang sudah duduk di atas sofa "masalah yang amat berat hingga aku bahkan menjadi lupa dimana menaruh ponsel ku sendiri " keluh nichkhun menjatuhkan dirinya di samping junho.
"masalah apa ?" junho memperhatikan wajah nichkhun yang hanya dapat dia lihat dari samping. Dia benar2 sadar jika dia tidak perlu bertanya kepada nichkhun toh jika memang orang itu berniat menceritakan hidupnya, dia pasti akan mengatakannya dengan suka rela.
Nichkhun menghela nafas dalam2 seolah menggambarkan kepenatan otaknya saat ini. Dia lantas menoleh ke arah junho dan tersenyum kecil.
"baiklah ..." timpal junho seolah mengerti akan arti senyuman nichkhun tadi "aku tidak akan memaksa mu mengatakan apapun ... Lagi pula aku juga tidak bermaksud untuk menceritakan hidup ku saat ini " aku junho menyandarkan dirinya dengan nyaman pada sofa yang juga di ikuti nichkhun yang melakukan hal yang sama "lalu ... Untuk apa kau menelpon ku ... " tanya junho mendongak memandang langit2 ruangan tanpa minat.
nichkhun menggerakan punggungnya mencari posisi yang lebih nyaman "bukankah kau pacarku ?! Kenapa aku bahkan tidak boleh menelpon mu "
"itu ... Itu hanya sebuah taruhan bodoh ..." kali ini kalimat jawaban junholah yang sukses membuat nichkhun memandang sisi wajahnya.
"aku tahu ... Kekasih mu baru saja meninggal ..." nichkhun masih bertahan memperhatikan sisi wajah junho mencoba mencari perubahan ekspresi pada wajah itu, yang ternyata nyaris tidak dia dapatkan "tapi tentang pertemanan itu ... Kau serius 'kan ?" tanyanya dengan tidak yakin.
"emmm"
"teman .... Aku ingin kau menolongku ..."
"apa ?" junho menegapkan posisi tubuhnya walau nichkhun masih pada posisi semula, bersandar pada sandaran sofa.
"aku benar2 ingin melupakannya ... Semua masalah ku ... Aku ingin melupakan semua itu walau hanya sebentar " tutur nichkhun masih tak mau merubah posisinya sementara satu tangannya kini meremas tangan junho yang berada di atas sofa tepat di sisinya.
Tak perlu waktu lama bagi junho untuk mengerti akan maksud yang di sampaikan nichkhun padanya. Hanya dengan satu gerakan tangannya sudah membuat junho amat paham dengan hal itu. Junho melepaskan tangan nichkhun yang masih menggenggam tangannya, membuat nichkhun sempat berfikir jika itu adalah sebuah ponolakan . Namun ternyata dugaannya salah ketika junho mulai menarik kedua tangan nichkhun, membuatnya duduk tegap seperti junho. Perlahan junho menjalarkan tangannya untuk memegang tengkuk leher nichkhun sementara wajahnya semakin mendekat, junho memiringkan wajahnya ke kanan saat kedua ujung dari hidung mancung itu bersentuhan. hingga akhirnya nichkhun merasakan sebuah bagian kenyal yang perlahan menjadi basah dan hangat mulai terasa melumat bibir bawahnya.
.
.
.
.Junho menggenggam tangan yang berlumuran darah itu dengan erat sementara dirinya sudah tak mampu membendung air mata yang terus mengalir deras dari ke dua pelupuk matanya "jangan ... Jangan bicara ... Minjun akan segera datang menolongmu " ujarnya seraya menggenggam tangan itu dengan ke dua tangannya. Orang yang terbaring di atas meja dengan bersimbah darah itu terus menggerakan bibirnya dengan susah payah seolah ingin menyampaikan sesuatu.
"jiyeong ..." panggil junho semakin panik saat orang itu mengejang berkali-kali
"hh~ ... Hyu..hyung ... " jiyeong menatap junho dengan sudut matanya. Luka tembak pada leher jiyeong ternyata benar2 membuatnya tak mampu bergerak banyak.
"jangan banyak bergerak !" sergah junho mengingatkan namun Jr tetap tidak mengindahkannya.
"berhenti ... Berhentilah ...." Jr menarik nafas dalam seraya menutup mata "jja ... Jangan kesepian ... " nafas Jr semakin tak beraturan dalam matanya yang sudah tertutup membuat junho berjengkat dari duduknya.
"baiklah ... Baik ... Aku tidak akan kesepian ... Aku tidak akan melakukannya lagi tapi ... Aku mohon jangan pergi ... Hiks ..." tangis junho pecah dalam pelukannya pada sosok yang mungkin tengah meregang nyawanya itu.
"ber...hentilah ..." beberapa waktu junho terus memeluk tubuh Jr yang terbaring tak berdaya, perlahan dia meregangkan pelukannya dan menatap wajah damai itu lekat2 saat merasakan tak ada lagi gerakan pada tubuh itu. Yah tubuh itu telah menjadi kaku dalam pelukannya.
"JIYEONG !!!"
.
"AAARRRGGGHHHH~ " Junho tersentak dengan tiba2. Nafasnya memburu dengan degupan jantung yang bergemuruh. Matanya bergerak liar menerawang seluruh pandangan di depannya mencari sosok orang yang tadi bahkan ada dalam pelukannya
"junho-ah ... " nichkhun yang turut bangun karena mendengar teriakan junho memegang pundaknya hendak bertanya.
"akh !" kedua alis nichkhun bertaut semakin bingung dengan apa yang terjadi ketika junho memekik kaget dan menjauhinya saat dia memegang pundak junho.
"ada apa ? Kau mimpi buruk ?!" tanya nichkhun khawatir melihat wajah pucat junho.
"tidak ..." junho menggelengkan kepalanya setelah kembali sadar. Dia memperhatikan nichkhun lekat2 mencoba untuk mengingat semua yang terjadi "tidak apa2 ... Aku hanya mimpi buruk ..." junho melirik sekilas jam yang tergantung kokoh di dinding lalu kembali menghadap nichkhun yang masih menatapnya cemas "ini masih jam 2 malam ... Sebaiknya kau kembali tidur " titah junho mencoba untuk bersikap tenang.
"tapi ... Kau benar2 tidak apa-apa 'kan ?!"
junho mengangguk yakin "tidurlah ... Aku tidak apa2 ..."
"baiklah ..." nichkhun kembali berbaring di samping junho , menarik selimut menutupi tubuhnya hingga dada dan mulai memejamkan mata dengan nyaman. Sementara junho malah menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan frustasi.
Mengapa dia mendapat mimpi buruk tentang Jr pada saat dia berada satu ranjang dengan orang lain ?! Junho meruntuki dirinya yang bersalah. Anggaplah mimpi itu adalah teguran atas dosanya
In morning
.
Nichkhun menggeliat nyaman sebelum membuka kedua belah matanya. Dia tersenyum kecil saat melihat junho masih terlelap dengan tenang di sampingnya
"uungh ... Jam berapa ini ?" nichkhun duduk di atas kasur seraya menjambak rambutnya sendiri mencoba menghilangkan rasa pening di kepalanya " ya tuhan ! Aku terlambat " nichkhun langsung menyingkap selimut yang menutupi tubuh polosnya, lantas menginjakan kakinya di lantai secepat kilat "ouch ... Sial " umpatnya kesal karena tanpa senaja menginjak gesper ikat pinggang junho yang tergeletak tak beraturan di lantai.
Nichkhun segera masuk ke dalam kamar mandi dengan tergesa2. Dia membersihkan seluruh tubuhnya asal-asalan hanya sebagai 'ritual' rutinnya setiap pagi dan setelah itu kembali keluar kamar mandi dengan kimono handuk yang dia pakai "ya tuhan~ " kesalnya merengek pada diri sendiri saat melihat seluruh pakaian dirinya dan juga junho bertebaran di lantai. Dia bahkan harus berputar2 kesuluruh kamar hanya untuk mencari dimana kemejanya.
Dengan penuh perjuangan akhirnya nichkhun dapat mengenakan pakaiannya dengan lengkap, sedikit menyisir rambutnya di depan cermin dan setelah dirasa cukup dia segera bergegas pergi.
"ingatkan aku untuk membuka pakaian dengan santai dan meletakannya dengan benar jika nanti kami melakukannya lagi " gerutu nichkhun seraya memunguti pakaian junho dari lantai dan menaruhnya di atas sofa karena hampir saja pakaian2 itu terinjak kakinya.
.
Dukk tuk tuk
.
Nichkhun kembali menyerngit kali ini matanyapun ikut memicing saat melihat sebuah benda terjatuh dari dalam jaket junho . Nichkhun lantas berjongkok dan mengambil benda itu dari bawah kursi.
"hahhh' ..." mata nichkhun membulat sempurna, kedua rahangnyapun ikut terbuka lebar saat melihat benda di tangannya "an... Andwae ... Andwae ..." nichkhun menggelengkan kepalanya menyangkal. Dia segera mencari satu benda yang sama yang dia miliki. Dia meraba seluruh saku jaketnya mencari keberadaan benda itu dan tubuhnya semakin melemah saat dia menemukan benda yang dia cari.
Dengan tangan yang bergetar hebat nichkhun membandingkan kedua benda tadi, memegangnya di masing2 tangan kanan dan kiri. SAMA. Persis sama, dua buah jam tangan digital berwarna hitam yang memiliki bentuk persis dan memiliki lambang yang sama. Seharusnya itu semua sudah dapat menjadi bukti untuk nichkhun menarik sebuah kesimpulan namun sesuatu dalam hatinya masih berharap jika kesimpulan itu salah. Satu kali lagi. satu hal lagi. Dia ingin memastikannya. Nichkhun menekan salah satu tombol pada jam tangan di tangan kanannya
.
Tiit
.Jam tangan di tangan kirinya berbunyi , lalu layar jam tangan yang seharusnya menunjukan waktu itu berubah menampilkan sebuah titik koordinat yang berkedip. Sebuah koordinat yang nichkhun yakini adalah letak hotel dimana dia berada saat ini dan pada sisi kanan atas layar jam itu terdapat sebuah tulisan 'JH'.
Kedua tangan nichkhun jatuh terjuntai di kedua sisi tubuhnya walau kedua jam tangannya masih dia genggam dengan erat "kenapa ... Kenapa seperti ini ..." lirihnya pelan seolah bertanya pada diri sendiri .
.
Sreek
.
Entah mengapa seluruh otot tubuh nichkhun menegang dengan refleks saat mendengar sebuah suara yang berasal dari belakang tubuhnya itu. Dia menelan salivanya cepat dan perlahan membalikan badannya dan .....
Dan ...
Dan ...
Dan ... TBC ....

Hahaha makin aneh ... Tadinya ff gaje ini mau di endingin sekalian tapi karena satu dan lain hal maka di pending dulu end nya ...
Otthe ? ^_~

No comments:

Post a Comment