Oct 2, 2012

ff 2pm khunyoung/khunwoo you are mine 8


you are mine




main cast : wooyoung
nichkhun


rate : entahlah

disclamer : yang milik saya adalah hanya ide cerita ini . dan yang main itu sebenarnya adalah suami saya #plaakk *ngakungaku


warning : boy x boy

( yaoi )

namja x namja

pairing : khunwoo/khunyoung

chapters :  8 of 8


no summary lagian ini udah mau ending ... ini cerita berahir entah akan ada atau tidak gantinya dan juga entah ada atau tidak nc nya ... mianhae ... saya ke buru insyaf jadi gak ada adegan yadong lagi ... yadong no !!! kecuali saya lagi berotak yadong suatu saat nanti


 typos pasti sangat banyak dan juga kata2 yang aneh bin ajaib pasti akan ada silahkan saja kalian perbaiki saja struktur kalimatanya dalam hati kalian sendiri sekalian baca







aku mau bilang kalo woo mati ... readers #lemparin author pake kursi meja dan segala macam yang ada ...












nichkhun pov

"apa makan malamnya enak ?!" aku mengalihkan pandangan mataku yang sejak tadi tertuju ke arah depan memperhatikan jalanan walau sebenarnya dengan pikiran kosong . saat ini aku baru saja kembali dari restoran dimana aku dan zia makan malam-romantis- yang di siapkan sebenarnya oleh eomma dan sekarang aku dan zia akan menuju ke salah satu resort milik keluarga kami untuk -bulan madu- setidaknya itulah yang biasa orang katakan walau aku tak menginginkannya .

"ne ... aku rasa itu sangat enak " jawabku sekenanya saja toh sejak tadi aku hanya memaksakan untuk makan, menelan makanan yang rasanya tawar itu di mulutku hanya karena tak ingin zia banyak bicara apa lagi sampai dia bertanya tentang kenapa aku

"kita sudah sampai !" ucapku saat kami sudah memasuki halaman resort . aku menghentikan mobilku di depan pintu masuk utama resort dan mungkin seseorang sudah mengatakan jika aku akan datang kemari karena saat kami keluar dari mobil semua kariawan sudah berderet rapi menyambut kami .

"selamat datang tuan muda .... kami akan melayani anda dengan baik " salah satu manager mendekati kami dan menyapa sedangkan yang lain masih berderet tak bergerak . aku berjalan memasuki resort bersama dengan zia dan kariawan yang aku lewati dengan serempak membungkuk . tanpa aku duga zia menggandeng tanganku membuat ku sekilas berhenti melangkah . aku memandang tangannya yang melingkar indah di tangan kiriku . perlu beberapa detik hingga aku sadar dengan ini semua- bahwa ini adalah kewajibanku ... aku yang memanfaatkan wanita baik di sampingku ini dan ... untuk itu aku harus bersikap baik padanya .. aku tersenyum padanya dan kembali melangkah masuk.

"ini kamar anda ..."manager tadi memberikan sebuah kartu padaku dan aku langsung mengambilnya . ini kunci kamar yang akan aku tempati

"gamsahamnida " ucapku singkat ,

"jika anda butuh sesuatu katakan saja pada saya " dia membungkuk dan segera meninggalkan aku dan zia di depan pintu kamar . aku memandang lekat kartu di tanganku dan berbalik memandang zia . yeoja manis ini hanya tersenyum tulus memandangku . entahlah sakit , rasanya sakit . entah karena aku merasa bersalah pada zia atau malah aku merasa lebih sakit karena menyakiti wooyoung .' wooyoung ?! apa yang sedang dia lakukan sekarang ? ' tanpa terasa aku malah menyunggingkan sebuah senyuman saat mengingat nama itu .

"oppa ayo kita masuk aku lelah ?!" rengek zia membuyarkan lamunanku . aku langsung mengangguk dan membuka pintu itu dengan segera . kami berjalan dengan perlahan memasuki kamar yang akan kami tempati ini. gelap , itu yang aku lihat saat memasuki ruangan ini , yah karena lampu belum di nyalakan . aku mencoba meraba2 tembok di sampingku mencari saklar lampu tapi tak kunjung aku temukan tapi tiba2 lampu kamar ini menyala

"ahhh ... indah sekali ?! oppa mencari apa ? sampai merapat bagitu ke tembok ?!" goda zia padaku yang sudah seperti ingin memeluk tembok saja saat mencari saklar sialan itu aku sudah selayaknya cicak yang menempel di dinding . dan ternyata malah zia yang menemukannya

"ani ... ternyata saklarnya di sana " ucapku mengalihkan perhatian ,

"aku akan mandi dulu oppa ... " aku memandangnya dan tersenyum kecil . zia segara masuk ke dalam kamar mandi sementara aku duduk di pinggiran kasur dan memperhatikan bayanganku di cermin yang ada di depanku .


tookk tokk tokk



aku segara bangkit dan berjalan untuk membuka pintu saat aku mendengar ada yang mengetuk pintu kamar ini

"tuan muda ini barang-barang anda !" seorang kariawan membawakanku barang2 bawaan ,yah koper dan yang lainnya aku dan zia tidak membawa barang2 kami sendiri

"ne ...gamsahamnia " ucapku saat dia menyimpan barang2 itu di dekat lemari . dan seperti yang umum di lakukan aku juga memberi tips pada kariawan itu.




#
#
#
#
#
#





"emh ...oppa !" aku mendengar zia memanggilku saat kami sudah berbaring di kasur yang sama sejak tadi aku memang merasakan jika zia itu terus saja berguling2 di kasur dengan tidak nyaman , aku berbaring dengan membelakanginya dan lampu juga sudah di matikan tanda bahwa aku sudah benar2 siap untuk tidur . malam pertama ? ayolah mana mungkin aku melakukannya , bagiku itu terdengar aneh malihatnya saja aku sama sekali tidak tertarik . tapi kenapa aku jadi sekasar ini sekarang ? aku bahkan menjadi sangat labil terkadang aku baik padanya karena merasa bersalah tapi juga malah terkadang aku muak melihatnya selalu ada di sekitarku walau ini baru beberapa hari saja aku lewati dengannya

"wae ?" tanyaku dengan nada yang aku atur sehingga terdengar lembut .

"oppa balum tidur ?!"

"belum ... kenapa kau belum tidur ?!" tanyaku masih dengan berbaring membelakanginya

"aku tidak bisa tidur ... apa oppa lelah seharian menyetir sendiri ?!" aku membalikan badanku mengahdapnya dan ternyata dugaan ku benar jika sedari tadi dia memang memperhatikan ku

"aku sedkit lelah ... sebaiknya kita tidur saja malam ini ..." walau dengan samar tapi aku dapat melihat wajahnya yang mengangguk pelan. aku mengecewakannya ? aku rasa aku memang mengecewakannya , dia mungkin menginginkan aku .seharusnya malam ini adalah malam dimana hidupku sudah berubah total . aku harusnya menjalani kehidupan dengan normal sebagai suami dari wanita sempurna seperti dia . dan aku harusnya bahagia . tapi ini sangat sulit hanya saja  ... kau harus mencobanya nichkhun

aku mendekatkan tubuhku padanya dan perlahan memeluknya dengan lembut walau dingin . tidak ada perasaan apapun yang mengalir di dalam tubuhku . "selamat tidur " ucapku lembut dan perlahan mendekatkan wajahku ke arahnya . mendekatkan bibirku ke arah bibir miliknya beberapa detik berselang sekarang aku sudah bisa merasakan bibir kenyal yang begitu lembut itu menempel di bibirku . aku mencoba membuka sedikit mulutku untuk menjilat bibir bawahnya ....


.
.
.
.
.

suara gemericik air terdengar mengalir dengan derasnya dari sebuah kamar mandi dimana seorang namja tengah berdiri di depan sebuah cermin yang ada di bagian atas wastafel . dia memandang lekat bayangan dirinya yang terpantul di cermin itu . setetes demi setetes air mata mulai meluncur dari kedua pelupuk matanya .

"hiks ...hiks ...hiks ..." dia menunduk dan mulai terisak dengan keras.dengan terburu2 dia mengambil air dengan kedua tangannya dan membasuhkan air yang tertampung di tangannya itu ke wajah berkali-kali. tangan namja itu berpegangan erat pada sisi kanan dan kiri wastafel matanya kembali memperhatikan pantulan dirinya di cermin . wajahnya yang pucat dan dada yang terengah dengan nafas yang kian sesak dirasakannya . sisa2 air yang membasahi wajahnya sekarang mulai menetes dari ujung dagunya juga dari ujung rambutnya yang menutupi setengah dari kening namja itu

"apa yang kau lakukan?! tidak ...tidak " namja itu menggelengkan kepalanya dengan kuat seolah ingin mengingkari sesuatu yang terjadi dalam hidupnya . bayangan2 yang ingin dia lupakan sekarang malah berputar semakin ganas di memori otaknya . bayangan dirinya yang sengaja mecoba untuk menabrak seseorang , bayangan tangannya yang memutuskan rem mobil , dia yang menaruh cairan di tangga . semua yang ingin dia lupakan itu malah beputar dengan ganas di otaknya dan tidak bisa di hentikan

"TIDAAAK ... kenapa aku ? bukan aku ...hiks ..hiks ..." teriaknya histeris pada bayangan dirinya sendiri yang ada di cermin yang berhadapan dengannya . perlahan matanya mulai merabun bayangan wajahnya mulai terlihat samar dimatanya rasa sakit yang menusuk di kepalanya kembali terasa , sakit yang luar biasa membuatnya merasa lemah , lututnya terasa sangat lemas dan hampir membuat kakinya tidak mampu untuk menyangga tubuhnya lagi

"eomma !!! " panggilnya lemah untuk meminta pertolongan , dia mencoba berbalik untuk keluar dari kamar mandi namun satu langkah yang dia ambil ke depan adalah langkah terahirnya sebelum dia kehilangan kesadaran dan semuanya menjadi gelap , namja itu terjatuh ke belakang membuat kepalanya membentur sisi watafel dengan keras dan ahirnya dia jatuh ke lantai yang basah dengan kepala yang kembali terbentur ke lantai . namja itu tergeletak tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari  luka di kepalanya bercamur dengan air juga mengalir dari kran yang masih menyala di wastafel tadi



.
.
.
.
.
.
.

nichkhun menghentikan tiba2 lumatan bibir yang dia lakukan pada zia. matanya terbuka dengan tatapan kosong . otanya seolah secara tiba2 mengingatkannya tentang adanya seseorang yang sangat dia cintai di tempat lain . dengan cepat nichkhun menrik dirinya dan memandang zia denga tatatapan menyesal

"mianhae " ucapnya dan dengan segera beranjak dari kasur meninggalkan zia yang terdiam bngung memandangnya . nichkhun segara berjalan keluar dari kamar benar2 meninggalkan zia sendirian di kamar mereka





nichkhun berjalan mengiari area resort sendirian di malam yang sunyi dan gelap itu . dia menyilangkan tangan di depan dada dan berjalan ke arah sebuah kolan ikan yang menghiasi taman balakang resort. dia duduk di pinggiran kolam memandang air yang memantulkan bayangan wajahnya , tangan nichkhun terulur untuk menyentuh air itu , sungguh aeh memang karena saat dia melihat bayangan wajahnya sendiri yang dia ingat adalah wooyoung . matanya bergulir memperhatikan seluk beluk tempatnya saat ini . kolam yang ke kelilingi dengan batuan alami yang indah dan juga beberapa pepohonan pendek juga rumput2 hias itu semua terlihat begitu indah bahkan saat malam hari dimana pencahayaan yang kau dapatkan sangatlah minim.

"wooyoung " nichkhun menengadahkan kepalanya memandang langit yang begitu gelap tidak ada bintang dan hanya ada satu bulan dengan bentuk sabit .



#
#
#
#
#
#
#
#
#



in hospital



"jadi ... maksud mu ... anakku ... dia ...tidak mungkin ... itu tidak mungkin kau tahu !!!" min bicara pada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan dimana wooyoung di tangani barusan . tubuh min begitu lemah hingga dia harus di pegangi dengan erat oleh junsu yang ada di sampingnya agar dia tetap berdiri dengan tegak

"ini tidak separah yang anda bayangkan ... jika kondisinya sudah lebih baik ... dia hanya perlu di operasi dan kemungkinan dia akan sembuh begitu besar " jelas dokter itu memberi secercah harapan untuk min dan juga junsu

"lalu kenapa kau tidak melakukan operasi sekarang padanya ?!" tanya min tidak sabaran

"min-ah ...tenanglah " junsu mencoba menenangkan sang istri dengan memeluknya. melihat min begitu syok dengan apa yang terjadi junsu mencoba untuk bersikap lebih tenang menghadapi cobaan yang mereka dapatkan sekarang

"keadaannya sangat lemah ... walau dia sudah melewati masa kritis tapi kondisinya masih belum stabil "

"baiklah ... aku mengerti " junsu memberi kode pada sang dokter untuk meninggalkan mereka , junsu berniat bahwa dia akan bicara dengan dokter itu di belakang min . sekarang kin begitu emosional dan itu setidaknya akan menganggu pembicaraan mereka

"hiks ...wooyoung-ah ....anakku ...kenapa ini terjadi padamu ..." ucap min dengan terisak dia menjatuhkan tubuhnya ke kursi dan memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong

"bagiamana mungkin ... kita begitu sibuk dengan pikiran kita memisahkan mereka ... hingga kita tidak tahu jika wooyoung sakit ... anakku ... dia sakit dan aku ibunya tidak tahu apa-apa ... ibu macam apa aku ini ?!" min bertanya pada junsu dengan nada menyalahkan dirinya sendiri , sejak menemukan wooyoung dalam keadaan yang mengenaskan di kamar mandi hingga saat ini dia sama sekali tidak berhenti menangis ... air matanya bahkan seolah hampir mengering . min memukul-mukul dadanya sendiri masih dengan menangis tersedu2

junsu berjongkok di hadapan min dan memegang tangannya " tenanglah semuanya akan baik- baik saja ... wooyoung pasti akan sembuh ..." ucap junsu menyakinkan walau sebenarnya dirinya juga begitu takut jika dia akan kehilangan putra bungsunya itu

"khunie ..." junsu terdiam saat min mengatakan nama itu dengan intonasi yang bisa di artikan oleh junsu sebagai pertanyaan bahwa dia sudah memberi tahu nichkhun tentang ini atau belum

"aku ... akan memberi tahunya nanti ..." jawaban junsu sontak membuat min menatapnya dengan tajam .

"kau tega ?! kau bahkan tidak mengatakan pada khunie tentang wooyoung .... bagaimanapun juga walau apapun yang terjadi dia hyungnya wooyoung ..." ucap min kembali emosi , junsu menghela nafas dan mencoba berpikir untuk menenangkan min lagi . emosi min memang tidak stabil sekarang

"aku hanya berpkir bagaimana jika nichkhun mendengar ini dia akan segera pulang dengan terburu-buru dan aku takut jika malah terjadi sesuatu padanya ... aku tidak ingin karena buru-buru dia malah mengalami kecelakaan " jelas junsu mengada-ngada walau memang ada benarnya juga tapi junsu memang tidak berniat mengatakan ini pada nichkhun agar tidak menganggu acara nichkhun . dia ingin nichkhun dan wooyoung benar2 berpisah

"sebaiknya kau pulang ... manager hwang akan mengantar mu ... aku akan menjaga wooyoung disini ... kau harus beristirahat jika kau ingin menjaga wooyoung jangan sampai kau malah ikut sakit karena jika kau sakit siapa yang akan menjaga wooyoung ... ayolah ... sekarang kau pulang dan istirahat " ucap junsu membujuk min , tanpa min sadari junsu memberikan kode pada chansung sang manager agar membawa min dan chansung mengerti hal itu

"kajja ... " ajak chansung  dan mencoba membantu min untuk berdiri .


junsu masih memapah min berjalan untuk keluar dari gedung rumah sakit dengan langkah yang pelan . tidak ingin memaksa min untuk berjalan dengan cepat dia memang terlihat sudah begitu rapuh dan juga lemah . min berjalan dengan lemah menatap kosong ke depan hingga matanya menangkap beberapa orang yang baru saja memasuki rumah sakit dari pintu utama . beberapa orang dengan pakaian suster dan juga orang yang memakai pakaian dokter yang berjalan dengan tergesa-gesa seraya mengelilingi sebuah belangkar . walau tidak dapat di lihat wajah sang pasien yang ada di tengah kerumunan orang itu . min masih saja berjalan dengan lemah hingga gerombolan orang itu berjalan di sebelahnya melewati min . min sedikitmenoleh ke samping melihat sebuah tangan yang menjuntai ke bawah di sela2 orang-orang yang mengerubuni belangkar tersebut . karena langkah yang terburu-buru gerombolan orang tadi begitu cepat meninggalkan min .

"chagy !" panggil junsu saat min menghentikan langkah kakinya dengan tiba-tiba membuat junsu dan chansung yang berjalan di sampingnya heran

"dia ..." min langsung berbalik dan mengejar gerombolan orang tadi yang berjalan menuju ke emergencyroom dengan berlari, seolah dia mendapatkan tenaga yang baru sekarang min berlari dengan cepat . junsu dan chansung juga refleks mengejar min yang berlari begitu saja meninggalkan mereka berdua

"min-ah !!!!" teriak junsu memanggil min tapi min tidak menghiraukan itu dan malah terus berlari

"TUNGGU !!!" teriak min pada gerombolan orang tadi dan dengan segera dia menghampiri orang-orang tadi , min menyingkirkan beberapa orang suster yang menghalangi belangkar itu dengan kasar dan melihat sosok yang terbaring disana


"hiks ..hiks ...hiks ..." min terisak pelan setelah dia melihat orang yang terbaring di belangkar tadi

"anii ... khunie .... KHUNIE-AHH ....KHUNIE !!!!" teriak min histeris memanggil anaknya yang terbaring tak sadarkan diri di atas sebuah kasur belangkar

"KHUNIE !!!! ANDWAE ... NICHKHUN !!!!! IRONA !!!!! NICHKHUN !!!!" junsu dan juga chansung yang baru saja sampai di dekat min hanya berdiri mematung saat melihat apa yang terjadi .

"KHUNIE ..... INI EOMMA .... BANGUN ... NICHKHUN !!!!" min menjerit histeris dengan mengoncangkan tubuh tak sadarkan diri nichkhun . min memegang tangan nichkhun dengan erat masih dengan menangis meraung-raung menangis dengan histeris

"min-ah " junsu mencoba menghentikan min yang masih saja mengguncangkan tubuh nichkhun . junsu yang sekarang juga sudah menitikan air matanya dengan memeluk min yang menangis histeris

"maaf kami harus segara membawanya masuk !" ucap salah satu dari tim medis yang ada di sana . junsu mengangguk ke arah  orang itu dengan memegangi min yang meronta-ronta dalam pelukannya . min berbalik menatap junsu dengan tajam mata yang menyiratkan kebencian

"INI SEMUA SALAH MU ... SALAH MU ... KAU YANG MEMBUAT SEMUANYA JADI SEPERTI INI !!! INI SALAH MU ...KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB !!!!" min berteriak pada junsu seraya memukuli dada junsu dengan segenap kekuatan yang tersisa

"ne ... ini salahku ...mianhae " ucap junsu yang juga sudah menagis sekarang

"KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB !!!! APA YANG TERJADI PADA MEREKA SEMUANYA SALAHMU !!! SALAH ...." belum lengkap kalimat terahir min dia sudah terjatuh tak sadarkan diri untung dengan sigap junsu dan juga chansung yang refleks menahan min agar tidak jatuh ke lantai




#
#
#
#
#
#
#
#


"appa !" zia menghampiri junsu yang berdiri di depan ruang icu

"mianhae ... aku tidak tahu apa yang terjadi ...tiba2 nichkhun oppa dia meninggalkan aku ... dan aku tidak tahu jika dia hilang dan dia ...hiks ..hiks ..hiks ..." junsu mengelus pundak zia yang menagis di hadapannya memandang zia dengan lemah

"dokter bilang kepala nichkhun terbentur benda keras dan dia mengalami pendarahan ringan dia baru sjaa di operasi dan belum sadar , tulang kakinya retak dan harus menggunakan gips sementara waktu ... tapi dia tidak apa2 " jelas junsu pada zia yang baru saja datang setelah mendengar kabar ini dari junsu .

"ne ... appa dan eommaku akan segera datang kemari ... aku sudah memberi tahu mereka ..." junsu mengangguk menanggapi apa yang di katakan zia

"eomma ? bagaimana keadaannya ?!" tanya zia yang baru saja mengingat min , manager hwang yang mengatakan pada zia jika min sempat pingsan saat mengetahui nichkhun masuk rumah sakit

"dia sudah sadar sekarang ada d ruangan wooyoung ... dia sekarang benar2 tidak mau pulang dan beristirahat " zia menunduk sedih dengan apa yang terjadi sekarang . nichkhun yang hilang di hutan belakang resort yang di temukan sudah ada di antara semak belukar yang ada di jurang dan di duga dia terjatuh ke dalam sana . dan wooyoung yang mengidap tumor otak dan sekarang dalam keadaan koma

"kalau begitu aku akan melihat keadaan khun oppa dulu !" pamit zia dan membungkuk kecil pada junsu untuk kemudian dia masuk ke dalam ruangan dimana nichkhun di rawat




in wooyoung room



"kenapa kau membuat eomma sangat sedih ... cepat bangunlah sayang ... kau harus segera di operasi kau tahu ... supaya ..kau cepat sembuh " min menggenggam tangan wooyoung dengan erat sementara satu tangan lainnya dia gunakan untuk membelai pipi wooyoung yang sekarang menjadi tirus itu. min duduk di kursi yang ada di samping ranjang wooyoung

"min-ah " min menghentikan gerakan tangannya yang membelai pipi wooyoung , dia membalikan badannya dan memandang orang yang baru datang , yang tak lain adalah junsu orang yang memanggilnya barusan

"wae ?!" jawab min dengan nada yang rendah bicara dengan pelan

"pulanglah makan dan istirahat , aku akan menjaga wooyoung ... kau tidak boleh sakit ... kau tahu itu kan ?!"  tanpa junsu duga sebelumnya min malah mengangguk menyetujui apa yang di katakan oleh junsu . min berdiri dari kursi dan menghala nafasnya

"aku akan menyuruh manager hwang menjemputku ... aku akan menemui khunie dulu sekarang "




nichkhun room



"bagiaman keadaannya ?!" min berjalan mendekati zia yang tengah duduk di samping ranjang yang di tempati nichkhun . zia berdiri dan memandnag min lalu tersenyum paksa

"appa bilang khun oppa tidan apa2 dia akan segera sadar setelah obat biusnya habis ... "jelas zia yang sekarang berjalan meninggalkan kursi dan malah mempersilahkan min untuk duduk di kursi itu

"chagy ... cepat bangun ... ne ?!" min menatap nanar anak sulungnya yang sekarang terbaring tak sadarkan diri dengan kepala yang di balut perban

"eomma akan pulang ? apa eomma inin aku mengantar eomma ?!" tanya zia hati2 pada min . min medongak menatap zia dan tersenyum .

"ani ... manger hwang sudah menjemputku aku akan pulang bersama dengan nya ... kau jaga saja nichkhun dengan baik " zia mengangguk segera menjawab apa yang di perintahkan min

"ne "ucapnya dengan singkat dan sopan ,



#
#
#
#
#
#
#


dua hari kemudian

wooyoung room




"aku tidak pernah menyangka jika kau sakit ... kenapa kau tidak pernah mengataknnya pada siapapun ?! kau membuat semua orang menjadi sangat sedih dan khawatir ..." zia berdiri memperhatikan wooyoung yang tidak sadarkan diri dengan selang oksigen dan juga alat diteksi jantung yang ada di meja sebelah ranjangnya


zia berjalan semakin mendekat dan duduk di kursi yang ada di samping ranjang wooyoung "kau tahu aku sempat berpikir jika aku adalah pembawa sial untuk keluarga mu ... karena begitu aku menjadi anggota keluargamu dan semuanya menjadi seperti ini ..." zia tersenyum paksa dan menunduk

"bahkan satu hari setalah pernikahan aku dengan khun oppa ... kau jatuh koma dan masuk rumah sakit sedangkan khun oppa juga masih belum sadarkan diri hingga saat ini karena jatuh ke jurang saat di resort "

tit ........tit ................tit..........................


suara alat detak jantung yang di pasang pada tubuh wooyoung bergerak dengan cepat . tanpa disadari oleh zia jari telunjuk wooyoung bergarak walau tak terjadi apa2 lagi setelah itu

"apa semua karena salahku ?!" tanya zia pada wooyoung yang masih menuntup matanya , "bangulah ... tidak mungkin jika kalian tega membuat kedua orang tua kalian begitu menderita karena melihat kalian seperti ini ... kalian bukan sodara kembarkan ? kenapa begitu dekat ... kenapa kalian seolah tidak mau hidup lagi ... dan tidak bangun sekarang ?!" zia bicara dengan memaksakan senyuman di bibirnya walau air mata sudah sejak tadi menetes dari kedua pelupuk matanya


di ruangan dokter



"bagiamana keadaan wooyoung ?" junsu bicara dengan paniknya pada seorang dokter yang menangani wooyoung. dokter keluarga mereka . wooyoung segera di tangani oleh dokter keluarga mereka begitu junsu mengetahui apa yang terjadi pada wooyoung

"dia ...ini sulit ..." ucap dokter itu terdengar frustasi dan membuka kaca matanya yang bertengger di wajahnya . dokter itu menghela nafas dan memandang junsu khawatir

"dia mungkin sangat sulit di sembuhkan "

"jangan bercanda ... dokter jaga yang ada di rumah sakit waktu itu mengatakan padaku jika wooyoung hanya perlu di operasi saja dan akan kembali sembuh seperti sedia kala ... kanapa kau tidak bisa ? aku akan menyuruh dokter lain yang menangani wooyoung !!!" ucap junsu dengan penuh emosi saat mendengar penjelasan dari dokter itu

"tenanglah ... secara medis dia memang hanya tinggal di operasi hanya saja ... wooyoung ... aku merasa jika dia tidak memiliki semangat hidup ... dia seolah tidak ingin hidup ... dia sama sekali tidak melawan penyakitnya ... keinginan hidup pasien sangat penting sekalipun kita terus melaukukan operasi tidak akan bisa menyembuhkan wooyoung jika dia memang tidak ingin sembuh ...." junsu berdecih dan mengalihkan pandangannya dari sang dokter dia begitu kalut tidak senang degan apa yang dijelaskan oleh dokter tadi


"kau ingat saat nichkhun kecil dia pernah mengalami kecelakaan yang membuatnya buta ... " tanya dokter itu mengingatkan junsu akan masa lalunya . junsu kembali menatap dokter itu untuk mendengar penjelasan lebih lanjut

"bahkan saat dia sudah di operasi 2 kali dia tetap tidak dapat melihat ... anak berusia 8 tahun itu menyerah tapi saat kau dan min menyemangatinya dan memberinya motifasi bahkan hanya dengan penyinaran laser dia dapat melihat lagi ... itu sama dengan apa yang di alami wooyoung ... tekad kuat pasien sangat berpengaruh "






nichkhun room




min tengah mengganti bunga yang ada dalam vas di kamar nichkhun dengan yang baru sementara nichkhun masih saja terbaring tak sadarkan diri sejak dua hari yang lalu . min memandang wajah anaknya itu sekilas dan kemudian meneruskan apa yang tengah dia kerjakan


"Eomma " sebuah suara lemah namun terdengar sangat halus dan familiar di telinga min memanggil dirinya , mengusik hati min sekarang , tangannya yang masih saja memegang satu tangkai mawar putih di tangannya masih saja mengapung di udara saat ini , dia bahkan tak ingin menoleh ke arah anaknya hanya karena tidak ingin dirinya kecewa jika apa yang dia dengar hanyalah khayalannya saja

"eomma " suara itu kembali terdengar indra pendengaran min membuatnya sedikit yakin sekarang . dengan perlahan min membalikan tubuhnya melihat ke arah kasur dimana nichkhin terbaring .


"khunie-ahh " min segera menghampiri nichkhun yang memandangnya dengan tatapan lemah, dengan wajah yang masih saja pucat pasi

"kau sudah sadar sayang ? bagimana perasaan mu ? apa ada yang tidak baik ? eomma akan memanggil dokter " tanya min memberondong nichkhun , tangannya dengan segera menekan satu tombol yang ada di tembok dekat sandaran kasur , tombol untuk memanggil dokter tentunya

"sayang ... kau baik-bik saja kan ?! eomma sangat khawatir padamu ?! kenapa kau tidak bangun2 ...kau membuat eomma sangat khawatir ..." ucap min dengan senyuman bahagia dan juga air mata bahagia yang ikut menetes mengiringi setiap pertanyaannya

"aku ingin bangun eomma tapi rasanya sangat berat ... aku tida bisa membuka mataku ... mataku terasa sangat berat ..." keluh nichkhun menjelaskan

"eomma mengerti ... gwaenchana ...kau sudah bangun itu sangat baik sayang !" min segera menyingkir dari nichkhun saat beberapa orang masuk ke dalam ruangan icu yang nichkhun tempati . dokter yang ada di sana segera memeriksa keadaan nichkhun bersama beberapa suster , yang salah satu di antara mereka meminta min untuk menunggu di luar sekarang














"bagaimana ?!" tanya junsu yang berlari dengan sekuat tenaga mendekati kin di susul oleh zia yang juga tak kalah cepat . mereka berdua segera berlari ke tempat itu saat mendengar kabar dari min yang mengatakan jika nichkhun sudh siuman

"nichkhun ... dia sudah sadar ...dokter sedang memeriksa keadaannya ... " junsu menghela nafas lega mendengar perkataan min sedangkan zia tersenyum dalam tangis , yeoja itu hana tersenyum manis pada min dengan berderai air mata

"dokter !" seorang dokter dan juga beberapa suster keluar dari ruangan nichkhun dan menemui juns min dan juga zia

"dia sudah tidak apa2 hanya tinggal menunggu masa pemulihan ... juga untuk kakinya ... hanya sementara tidak bisa berjalan ... kami akan memindahkannya ke ruang rawat inap sekarang "

"ne ... gamsahamnida " ucap junsu dengan sedikit membungkuk. zia memandang min dan junsu bergantian saat mereka tidak menyadarinya dengan tatapa sendunya


"aku akan ke ruangan wooyoung  " ujar junsu kepada min dan juga zia ,

"baiklah ... aku juga akan kesana nanti " balas min pada junsu , dia mengangguk dan berjalan meninggalkan min juga zia berdiri berdua di sana


"kau sudah membawa barang2 nichkhun ?" min bertanya seraya memandang zia yang berdiri di sampingnya . zia mengangguk pelan

"ne ...aku sudah berkemas barusan "


#
#
#
#
#
#


zia membenarkan posisi bantal yang nichkhun pakai sekarang membantu nichkhun untuk  duduk bersandar . sedangkan min membereskan barang2 nichkhun yang di bawa oleh zia saat pulang ke rumahnya kemarin


"eomma ... apa wooyoung marah padaku ? dia bahkan tidak menjengukku sejak aku masuk rumah sakit ... hingga sekarang dia tidak pernah datang !"

min menelan salivanya dengan susah saat mendengar pertanyaan dari nichkhun , dia tidak tahu harus menjawab pertanyaan itu seperti apa , apakah dia harus mengatakan hal yang sebenarnya atau malah berbohong . min yang masih membelakangi nichkhun itu mencoba berpikir keras dengan jawaban apa yang akan dia berikan sedangkan zia menatap nichkhun dengan tatapan dingin sekarang

"dia tidak marah padamu ... dia hanya belum bisa datang menjenguk mu itu saja ..." itulah jawaban yang dapat min berikan dan tentu itu bukanlah sebuah kebohongan bukan ? , min benar dengan mengatakan jika wooyoung hanya belum bisa menjenguknya

min berbalik memandang nichkhun dan tersenyum mencoba sebisa mungkin untuk bersikap wajar

"memangnya apa yang di lakukan oleh wooyoung hingga dia tidak bisa datang ?!" tanya nichkhun lagi dengan nada tidak sukanya membuat zia terdiam

"eomma ...juga ...." min kembali terlihat berpikir keras seraya menunduk menyembunyikan wajahnya dari nichkhun dia benar2 tidak tahu apalagi yang harus di katakan

"eomma bukankah eomma harus pergi sekarang ?" tanya zia menyelamatkan . min memandang zia sekilas dan kemudian otaknya terasa menyambung dnegan apa yang zia pikirkan

"oh ... ne ...eomma lupa ...eomma harus pergi dulu !" min segera mengambil tas tangannya dan bergegas untuk minggalkan kamar nichkhun , meninggalkannya berdua bersama dengan zia

"ada yang kalian sembunyikan dari ku ?!" tanya nichkhun pada zia saat min sudah keluar dari kamarnya . zia manggelengkan kepala seraya menatap dalam mata nichkhun

"anii ... aku tidak menyembunyikan apapun ... tapi ... walau aku tidak menyembunyikan apapun padamu ... aku ingin minta maaf ... mianhae ..." nichkhun mengerutkan dahi mendnegar penuturan yang di ucapkan zia

"mianhae karena aku sudah mengganggu mu dan membuat mu berpisah dengannnya " bukan memberikan sebuah gambaran atau penjelasan yang bisa di mengerti nichkhun , apa yang zia katakan malah membuat nichkhun semakin bingung

"aku sudah memisahkan mu oppa ... dari wooyoung !" nichkhun refleks membuka matanya lebar saat mendegar apa yang zia katakan

"a...a..apa...maksud mu ?!" tanya nichkhun semakin memperjelas apa yang sebenarnya ingin di sampaikan oleh zia



flashback


zia mengambil sebuah koper yang di letakan di bagian atas lemari pakaian nichkhun dan menyimpannya di kasur , membuka koper lalu dia kembali ke arah lemari dan membuka lemari pakaian berwarna biru tua itu untuk mengambil beberapa stel pakaian nichkhun

zia mengambil beberapa potong pakaian dan kemduian dia memasukannya ke dalam koper tadi , dia lalu kembali ke arah lemari yang belum di tutup dan mencoba mengambil pakaian lainnya

"apa ini ?!" tanya zia pada dirinya sendiri saat dia menemukan sebuah bingkai foto di sela tumpukan baju2 itu

"ini ...foto oppa dan wooyoung !" zia tersenyum melihat sebuah foto yang tak lain adalah foto nichkhun dan wooyoung di acara kelulusan sma mereka . zia tersenyum melihat ke akraban dua sodara ini . zia membolak balik bingkai foto itu tanpa alasan dan saat dia kan meletakannya kembali dia melihat ada ujung dari foto lain yang di selipkan di belakang foto pertama . zia mecoba menarik ujung foto itu dan melihatnya

zia terlihat bingung saat mendapati foto wooyoung yang tengah mencium pipi kanan nichkhun di sebuah danau karena pensaran zia kembali melihat bingaki foto itu dan mendapati ada foto lain di sana

zia menutup mulutnya dengan talapak tangan tubuhnya seketika melemas dan jatuh terduduk di lantai

"apa yang terjadi ? hiks ..." zia mulai terisak dan tangannya memgang kuat foto yang baru saja dia temukan , sebuah foto dimana nichkhun dan wooyoung tengah berciuman dengan saling berpelukan seraya duduk di sebuah kasur yang bisa zia lihat jika itu bukan di kamar nichkhun


and of flashback




min berjalan dengan lemah menuju ke ruangan wooyoung dia berjalan di koridor rumah sakit dengan tatapan kosong , namun dia tersadar saat ponselnya berdering menandakan ada telpon yang masuk

"ne ...waeyo ?" tanya min pada seseorang yang ada di sebrang telpon sana

"ne ... aku memang akan kesana ... aku akan membawakan mu kopi dan juga makanan tunggu aku " min menutup telponya dan berbelok ke arah kiri untuk menuju ke kantin rumah sakit sedangkan arah menuju ke kamar wooyoung adalah ke arah kanan . selang beberaa detik min berbelok tanpa dia ketahui nichkhun berjalan dengan tergesa2 dengan kaki yang terpincang2 menuju ke ruangan wooyoung yang jaraknya jauh dari ruangan inap nichkhun


langkah kaki nichkhun terhenti sejenak saat dia melihat junsu keluar dari sebuah kamar dan duduk di kursi yang ada di depan runagan itu . nichkhun kembali berjalan dengan tergesa2 menghampiri junsu

"nichkhun ?!" tanya junsu dengan tak percaya jika nichkhun ada di sana dengan keadaan seperti sekarang , kaki yang mash di gips dan kepala yang amsih di perban juga tangan dan beberapa bagian wajahnya yang masih terlihat luka baret dan juga memar

"wooyoung ..." ucap nichkhun cukup untuk membuat junsu mengerti jika dia datang ke sana untuk menemui wooyoung . junsu menggeleng lemah seraya menatap nichkhun nanar . tidak mengindahkan keberadaan junsu ayahnya nichkhun langsung saja masuk ke dalam ruangan yang di yakini adalah ruangan wooyoung .

"wooyoung !!!" panggil nichkhun saat dia memasuki ruangan itu tapi tidak ada jawaban apapun selain dari suara alat diteksi jantung yang terdengar sangat lemah. nichkhun melangkahkan kakinya dengan perlahan satu langkah dan kakinya yang terluka dia serat untuk menggapai sebuah tirai putih yang ada di tenagh ruangan itu. nichkhun menyingkap tirai tadi dengan kasar membuatnya bisa melihat tubuh wooyoung yang terbaring koma


"hiks hiks hiks ..." nichkhun mulai terisak matanya sudah sangat basah dia melangkahkan kakinya dengan paksa yang lenih terlihat dengan menyeret sebelah kakinya , dia mengehampiri wooyoung dengan tatapan mata yang tak pernah lepas dari namja imut itu

"wooyoung-ahh ... ini aku ..." nichkhun perlahan mendekatkan tangannya untuk menyentuh tangan wooyoung dimana selang infus tertanam disana. nichkhun memegang punggung tangan wooyoung dengan perlahan , pelan sekali seolah takut jika sentuhannya bisa melukai wooyoung lebih dari ini


di luar ruangan



min berjalan mendekati ruangan wooyoung tapi dia sedikit menatap bingung kearah ruangan itu saat melihat pintunya yang terbuka , min bergegas untuk masuk dan mendapati junsu tengah berdiri di balik tirai putih yang menghalangi anata ruangan luar dan ranjang pasien

"ada apa ?!" tanya min pada junsu yang beridiri mematung di tempatnya. junsu menatap min dan satu butir air matanya jatuh saat itu juga


"wooyoung-ahh ... ini aku ...nichkhun ..."

"mianhae ...aku ... aku menyakitimu ...aku sangat jahat ... aku memang pantas kau hukum ... tapi aku mohon jangan seperti ini ... bangunlah ... aku mohon " min menggigit bibir bawahnya menahan isakan dia bena2 tidak taha untuk tidak menagis tersedu2 saat ini mendnegar nichkhun yang tengah bicara pada wooyoung

"aku mohon bangunlah ,... marahlah padaku ... aku ... aku memang bodoh ... aku salah ... maafkan aku ... bangunlah ... aku ...aku ...mencintaimu ...." perkataan nichkhun yang diringi isak tangis itu membuat junsu merasa geram , dia hendak menyibak tirai namun dengan sigap min manghantikan junsu , dia memagang kedua tangan junsu dan menggelengkan kepalanya mengintruksikan pada junsu untuk tidak melakukan hal itu . junsu malah balas menggelengkan kepalanya tanda dia tidak akan mengabulakan permohonan min


"aku sangat mencintaimu ... aku mohon maaf kan aku dan kembalilah padaku ... kau harus kembali padaku jda bangunlah !!!" mohon nichkhun dengan sangat memelas walau hanya dapat junsu dan min dengar suaranya saja , tapi ketulusan dan juga penyesalan dan keseriusan atas apa yang di katakan nichkhun begitu bisa mereka rasakan


tit ..tit ..tit..tit...


suara alat diteksi jantung yang sejak tadi terdengar lemah sekarang berubah , suara alat itu kembali beraturan dengan tempo yang bisa di bilang normal

min malepasakan kedua tangan junsu dan berbalik menghadap tirai . min meremas dadanya saat dia menyadari apa yang dia dan junsu lakukan begitu menyakiti wooyoung hingga dia tidak ingin hidup lagi , wooyoung yang begitu putus asa kehilangan nichkhun dan sekarang kembali bersemangat hidup karena nichkhun telah kembali padanya



 ' secara medis dia memang hanya tinggal di operasi hanya saja ... wooyoung ... aku merasa jika dia tidak memiliki semangat hidup ... dia seolah tidak ingin hidup ... dia sama sekali tidak melawan penyakitnya ... keinginan hidup pasien sangat penting sekalipun kita terus melakukan operasi tidak akan bisa menyembuhkan wooyoung jika dia memang tidak ingin sembuh ' kata2 dokter yang tempo hari dia dengar kembali terngiang di teliga junsu tetang semangat hidup dan motifasi , selama wooyoung koma junsu dan min selalu saja memberikan wooyoung kalimat dukungan dan motifas agar dia inginsembuh tapi hasilnya nihil wooyoung sama sekali tidak tersentuh dengan apa yang selalu di bisikan oleh kedua orang tuanya tapi oleh nichkhun ... kata maaf , cinta , dan permohonan untuk kembali adalah sebuah motifas tinggi untuk wooyoung kembali hidup

Huwaaa belum ending  mianhae ini satu chap lagi aja … saya pikir tidak sepanjang ini ternyata sangat panjang dan  karena saya sudah ada ms.word jadi saya tahu deh ini berapa katanya … ini udah page 15 dan udah 5852 word jadi selama ini saya bikin fic kepanjangan ternyata … di potong sebelah sini aja ya … biar chap ahirnya gak pendek2 benget … di jamin yang happy2 deh di chap terahirnya ,,, plus nc kalo saya mau tapi kalau tidak yah maafkan lah saya kan mau insyaff …kekekekekeke insyaf kok gak jadi2 sih … labil emang ….. yah komentar kalian sangat saya butuhkan kometar yang membangun yah biar saya semakin bagus nulisnya kan kalo bagus siapa juga yang enak bacanya ?! readers juga kan ?! makanya kasih masukan ….

10 comments:

  1. kereeennn un.. dan bikin nangis :( un jgn siksa2 woo lebh lm lgi yaa... akugatega

    ReplyDelete
  2. TTTT TTT Wooo~ please let them together ;____;

    ReplyDelete
  3. Bagus banget cepet update ya...

    ReplyDelete
  4. aduuuuuh.......jangan yang targis 2 donnk kasian uyongie.....lanjut n yang cepet ya thor updatenya...

    ReplyDelete
  5. uwaaaaaaaa :'( udong ga boleh mati... hiks

    ReplyDelete
  6. whuaa, aq ikutan nagis d cap ini T.T
    feelx bener2 kerasa bgt..
    yg d butuhin woo haya Khun.. only Khun
    ahh khunyoung 4ever

    ReplyDelete
  7. uuuhhh...sedih bgt ,lanjut thor T.T

    -Aya khunhottest-

    ReplyDelete
  8. huee sedih bnget..
    smoga uyoung sadar dr komanya T.T
    lanjut thor..

    ReplyDelete
  9. Udah lama ga mampir ke blog ini jadi kangen.. tpi sayang banget Khunwoo nya udah mau abis..ga ada bahan bacaan lagi deh -,- bikin ff khunwoo lagi dong autor. saya sih jujur aja rada males baca kalo pairing selain khunwoo. jadi plis bikin ff khunwoo lagi

    ReplyDelete